Seorang pejabat di Ukraina mengatakan, warga sipil terperangkap di Mariupol Ukraina, Jumat (11/3/2022). Ia mengklaim serangan Rusia "setiap 30 menit" telah menggagalkan upaya evakuasi dari kota pelabuhan yang terkepung. Sekitar 400.000 orang tetap berada di Mariupol.
Wali Kota Vadym Boychenko mengatakan, pasukan Rusia kejam dan dengan sengaja menyerang gedung gedung apartemen. “Setiap 30 menit, pesawat tiba di atas kota Mariupol dan menyerang di daerah pemukiman, membunuh warga sipil, orang tua, wanita, anak anak,” katanya, Jumat, dilansir . Di tengah penembakan itu, tidak ada satu pun warga sipil yang dapat meninggalkan Mariupol pada Kamis (10/3/2022).
Menurut pejabat Ukraina, pengepungan kota selama 10 hari telah mengakibatkan sedikitnya 1.300 kematian. Kota ini secara strategis penting karena penangkapannya akan memungkinkan Rusia untuk menghubungkan wilayah pro Moskow di timur dan Krimea yang dicaplok Rusia di selatan. Seorang wanita hamil terluka dan dibawa menggunakan tandu melewati reruntuhan rumah sakit bersalin dan anak anak di Mariupol.
Diberitakan , telah terjadi serangan udara Rusia di rumah sakit pada Rabu (9/3/2022) waktu setempat. Pada Kamis, pejabat kota Mariupol mengatakan, serangan itu melukai 17 orang, termasuk anak anak, wanita, dan dokter. Kota di tenggara Ukraina ini telah dikepung oleh pasukan Rusia selama berhari hari.
Penduduknya yang terperangkap terpaksa berlindung di bawah tanah, mencairkan salju untuk air, dan mengais makanan. Sekarang, rumah sakit yang merawat ibu hamil, bayi baru lahir, dan anak anak, tidak aman. Rumah sakit Mariupol bukan satu satunya fasilitas medis anak anak yang dirusak oleh pasukan Rusia pada Rabu.
Dua rumah sakit di Zhytomyr, sebelah barat ibu kota, Kyiv, jendelanya pecah akibat serangan udara Rusia terhadap pembangkit listrik tenaga panas dan bangunan sipil di kota itu. Menurut Wali Kota Serhii Sukhomlyn, tidak ada korban jiwa dan semua orang berada di tempat perlindungan bom. Sedikitnya tiga orang tewas, termasuk seorang gadis muda, dalam serangan Rusia di sebuah rumah sakit anak anak di Mariupol, Rabu.
Serangan di rumah sakit anak anak yang digambarkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebagai "kejahatan perang", telah memicu kemarahan internasional. "Mengerikan bahwa tempat orang mencari bantuan telah menjadi salah satu kehancuran mutlak dan total." "Ke mana keluarga dan anak anak dapat berpaling jika bahkan rumah sakit tidak aman? Mereka tidak boleh menjadi medan perang di mana konflik berkecamuk dan anak anak tak berdosa menjadi korban," kata Direktur Save the Children's Eropa Timur, Irina Saghoyan, Kamis, dikutip dari .
Serangan itu, yang menurut pihak berwenang melukai wanita dalam persalinan dan meninggalkan anak anak di reruntuhan, adalah insiden suram terbaru dari invasi 14 hari, serangan terbesar di negara Eropa sejak 1945. Kehancuran itu terjadi meskipun Rusia berjanji untuk menghentikan penembakan, sehingga setidaknya beberapa warga sipil yang terperangkap dapat melarikan diri dari kota itu. Badan Hak Asasi Manusia PBB mengatakan, misi pemantauannya sedang memverifikasi jumlah korban.
"Insiden itu menambah keprihatinan mendalam kami tentang penggunaan senjata secara sembarangan di daerah berpenduduk dan warga sipil yang terperangkap dalam permusuhan aktif di berbagai daerah," ucap juru bicara Liz Throssell. Ukraina pun menuduh Rusia melanggar gencatan senjata di sekitar pelabuhan selatan. "Penembakan membabi buta terus berlanjut ," tulis Menteri Luar Negeri, Dmytro Kuleba di Twitter.